Android 'Es Krim' Bagi Tunanetra |
Selama ini tunanetra telah dapat mengakses berbagai konten menggunakan
gadget keluaran Apple. Hal itu dimungkinkan karena Apple telah
membenamkan fitur aksesibilitas secara default pada perangkat iOS
besutannya.
Tampaknya, Google pun ingin mengakomodasi kebutuhan tunanetra. Lewat Android versi terbaru Ice Cream Sandwitch (ICS), kini tunanetra pun dapat menggunakan tablet yang mengusung sistem operasi Android!
Tampaknya, Google pun ingin mengakomodasi kebutuhan tunanetra. Lewat Android versi terbaru Ice Cream Sandwitch (ICS), kini tunanetra pun dapat menggunakan tablet yang mengusung sistem operasi Android!
Perangkat dengan jeroan IOS memang telah lama menjadi
pilihan utama tunanetra di berbagai negara untuk mengakses informasi
secara mobile. Fitur aksesibilitas berupa pembaca layar Voice Over
memungkinkan tunanetra mengakses informasi yang disajikan oleh gadget
iOS.
Masalahnya, harga gadget seperti iPad dan iPhone masih
tergolong mahal untuk tunanetra yang berdomisili di negara-negara
berkembang.
Nah, tablet Android yang harganya lebih
terjangkau pun mulai dilirik tunanetra. Sayangnya, untuk tablet yang
masih menggunakan versi Android di bawah 4.0 belum menyediakan fitur
khusus bagi tunanetra.
Pada versi ICS 4.0, fitur aksesibilitas
telah ditanam secara default, sehingga tunanetra dapat langsung
mengaktifkan dan menggunakannya tanpa perlu aplikasi pihak ketiga.
Namanya Explore-by-touch, yang bila diaktifkan dapat membantu tunanetra
mengakses tablet dengan keluaran suara.
Mengaktifkan Fitur Aksesibilitas
Untuk
mengaktifkan fitur aksesibilitas ini, nyalakan terlebih dahulu gadget
ICS Anda. Pastikan tablet sudah menyelesaikan proses startup dan berada
pada posisi siap pakai. Lalu, letakkan jari di pojok kiri atas. Tariklah
garis membentuk kotak, mulai dari kiri atas ke kanan atas lalu ke kanan
bawah dilanjutkan ke kiri bawah dan berakhir kembali di kiri atas.
Kalau
berhasil akan terdengar bunyi "beep" dan Explore-by-touch akan segera
aktif. Bila metode ini tidak berhasil, aktifkan secara manual lewat menu
Settings > Accessibility > Explore-by-touch.
Bila
Explore-by-touch sudah aktif maka seluruh informasi yang tertera pada
layar akan dibacakan oleh sistem. Adapun suara pembacanya tergantung
text-to-speech yang ter-install pada tablet Anda.
Bila Anda
menyentuh icon atau menu dengan ujung jari, maka sistem akan membacakan
item yang Anda sentuh. Untuk mengaktifkannya, angkat jari dan ketuk item
yang ingin diaktifkan. Ini seperti melakukan double click pada mouse.
Cara ini juga digunakan untuk mengetik menggunakan virtual keyboard.
Untuk
berpindah halaman biasanya kita menggunakan satu jari saat menggeser.
Bila Explore-by-touch sedang aktif, Anda harus menggunakan dua jari,
karena aktifnya fitur aksesibilitas otomatis mengubah cara pengguna
dalam mengoperasikan shortcut navigasi.
Explore-by-touch juga
mendukung aktivitas ber-internet. Saat kita mengaktifkan browser, maka
sistem akan otomatis mengunduh skrip yang dibutuhkan, sehingga
Explore-by-touch dapat mengenali elemen-elemen yang tampil pada browser.
High-end vs Low-end
Penulis
berkesempatan mencicipi fitur aksesibilitas ICS pada dua jenis tablet,
yaitu Samsung Galaxy Nexus (mewakili entri high-end) dan Ainol Novo 7
Paladin (mewakili entri low-end). Mengapa demikian?
Sejatinya
seluruh fitur aksesibilitas ICS sudah dapat berjalan penuh pada tablet
Samsung Galaxy Nexus. Namun karena harganya masih tergolong tinggi,
penulis coba mencari alternatif tablet yang lebih murah, dan pilihan
jatuh pada Ainol Novo 7 Paladin yang sudah mengusung ICS.
Penulis
pun menjajal Ainol Novo 7 Paladin. Saat penulis coba mengaktifkan
Explore-by-touch dengan membentuk kotak menggunakan jari, ternyata fitur
ini tak bisa aktif. Selain itu, Explore-by-touch ternyata tidak
terpasang secara default pada Ainol Novo 7 Paladin, sehingga harus lebih
dulu mengunduhnya lewat Android market.
Selain itu, modul suara
yang tersedia setelah Explore-by-touch terpasang pada Ainol Novo 7
Paladin hanyalah Pico TTS (versi Inggris US dan Inggris UK). Saat
penulis hendak memasang modul text-to-speech yang lain, ternyata sistem
menolaknya. Hal ini tetap terjadi meskipun penulis sudah melakukan root
pada sistem operasinya.
Berdasarkan informasi yang penulis
peroleh, hal ini barangkali disebabkan karena perangkat keras yang
digunakan tablet low-end berbeda dengan yang high-end. Hal itulah yang
barangkali menyebabkan text-to-speech (dan barangkali beberapa aplikasi
lain) tak dapat dipasang, dan fitur aksesibilitas tidak tertanam secara
default pada tablet low-end.
Namun, untuk fitur lainnya berjalan
sama persis dengan Samsung Galaxy Nexus. Hanya saja text-to-speech
bawaan Samsung Galaxy Nexus jauh lebih baik, dan tentu saja fitur
aksesibilitasnya sudah terpasang secara default.
Kesimpulan
Bagi
tunanetra yang ingin serius menjadikan tablet Android sebagai gadget
primer, penulis menyarankan untuk menahan diri dulu. Hal ini karena
fitur aksesibilitas masih belum tersedia secara merata, terutama untuk
tablet yang murah meriah.
Selain itu, masih ada beberapa bug
yang agak mengganggu saat pengoperasian, misalnya konten yang tidak
terbaca saat ber-internet, atau salah baca saat kita menyentuh icon atau
menu.
Tapi, bila masih tetap ngotot ingin mencobanya, penulis
sarankan untuk langsung memilih tablet high-end seperti Samsung Galaxy
Nexus. Penulis merasakan pengalaman bereksplorasi yang lebih smooth, dan
tentu saja merasa lebih nyaman karena modul suaranya lebih bagus
sehingga enak didengar telinga.
Nah, bagi tunanetra yang ingin
latihan dan merasakan pengalaman memakai gadget layar sentuh, bolehlah
mencobanya pada tablet-tablet keluaran China yang murah meriah. Pastikan
tablet tersebut sudah mengusung ICS, dan mintalah orang berpenglihatan
untuk mengaktifkan Explore-by-touch secara manual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar